PENGERTIAN TAKSONOMI ATAU KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP
Klasifikasi adalah pengelompokan aneka jenis
hewan atau tumbuhan ke dalam kelompok tertentu. Pengelompokan ini disusun
secara runtut sesuai dengan tingkatannya (hierarkinya), yaitu mulai dari yang
lebih kecil tingkatannya hingga ke tingkatan yang lebih besar. Ilmu yang
mempelajari prinsip dan cara klasifikasi makhluk hidup disebut taksonomi atau sistematik.
Prinsip dan cara mengelompokkan
makhluk hidup menurut ilmu taksonomi adalah dengan membentuk takson. Takson adalah kelompok makhluk hidup yang anggotanya
memiliki banyak persamaan ciri. Takson dibentuk dengan jalan mencandra
objek atau makhluk hidup yang diteliti dengan mencari persamaan ciri maupun
perbedaan yang dapat diamati.
Tujuan dan manfaat klasifikasi
Tujuan dari klasifikasi makhluk
hidup adalah:
·
mengelompokkan makhluk hidup
berdasarkan persamaan ciri-ciri yang dimiliki
·
mendeskripsikan ciri-ciri suatu
jenis makhluk hidup untuk membedakannya dengan makhluk hidup dari jenis yang
lain
·
mengetahui hubungan kekerabatan
antarmakhluk hidup
·
memberi nama makhluk hidup yang
belum diketahui namanya
Berdasarkan tujuan tersebut, sistem
klasifikasi makhluk hidup memiliki manfaat seperti berikut.
·
Memudahkan kita dalam mempelajari
makhluk hidup yang sangat beraneka ragam.
·
Mengetahui hubungan kekerabatan
antara makhluk hidup satu dengan yang lain.
Macam klasifikasi makhluk hidup
Ada bermacam sistem klasifikasi
makhluk hidup. Sistem klasifikasi ini berkembang mulai dari yang sederhana
hingga berdasar sistem yang lebih modern.
1. Sistem artifisial / buatan
Sistem yang mengelompokkan makhluk
hidup berdasarkan
persamaan ciri yang ditetapkan oleh peneliti sendiri, misalnya, ukuran, bentuk, dan habitat makhluk hidup.
Penganut sistem ini di antaranya Aristoteles dan Theophratus (370 SM).
2. Sistem natural / alami
Sistem yang mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri struktur tubuh
eksternal (morfologi) dan struktur tubuh internal (anatomi) secara
alamiah. Penganut sistem ini, di antaranya, Carolus Linnaeus (abad ke-18). Linnaeus berpendapat bahwa setiap tipe
makhluk hidup mempunyai bentuk yang berbeda. Oleh karena itu, jika sejumlah
makhluk hidup memiliki sejumlah ciri yang sama, berarti makhluk hidup tersebut
sama spesiesnya. Dengan cara ini, Linnaeus dapat mengenal 10.000 jenis tanaman
dan 4.000 jenis hewan.
3. Sistem modern (filogenetik)
Sistem klasifikasi makhluk hidup berdasarkan pada hubungan kekerabatan secara
evolusioner. Beberapa parameter yang digunakan
dalam klasifikasi ini adalah sebagai berikut:
·
Persamaan struktur tubuh dapat
diketahui secara eksternal dan internal
·
Menggunakan biokimia perbandingan.
Misalnya, hewan Limulus polyphemus, dahulu dimasukkan ke dalam golongan rajungan (Crab) karena bentuknya
seperti rajungan, tetapi setelah dianalisis darahnya secara biokimia, terbukti
bahwa hewan ini lebih dekat dengan laba-laba (Spider). Berdasarkan bukti ini,
Limulus dimasukkan ke dalam golongan laba-laba.
·
Berdasarkan genetika modern. Gen
dipergunakan juga untuk melakukan klasifikasi makhluk hidup. Adanya persamaan
gen menunjukkan adanya kekerabatan.
Langkah-langkah klasifikasi
Langkah-langkah klasifikasi tersebut
adalah sebagai berikut:
1. mengidentifikasi objek berdasar
ciri-ciri struktur tubuh makhluk hidup, misalnya, hewan atau tumbuhan yang sama
jenis atau spesiesnya
2. setelah kelompok spesies terbentuk, dapat dibentuk kelompok-kelompok lain dari urutan tingkatan klasifikasi sebagai berikut.
2. setelah kelompok spesies terbentuk, dapat dibentuk kelompok-kelompok lain dari urutan tingkatan klasifikasi sebagai berikut.
·
Dua atau lebih spesies dengan
ciri-ciri tertentu dikelompokkan untuk membentuk takson genus.
·
Beberapa genus yang memiliki
ciri-ciri tertentu dikelompokkan untuk membentuk takson famili.
·
Beberapa famili dengan ciri tertentu
dikelompokkan untuk membentuk takson ordo.
·
Beberapa ordo dengan ciri tertentu
dikelompokkan untuk membentuk takson kelas.
·
Beberapa kelas dengan ciri tertentu
dikelompokkan untuk membentuk takson filum (untuk hewan) atau divisio (untuk
tumbuhan).
Dengan cara tersebut terbentuklah
urutan hierarki atau tingkatan klasifikasi makhluk hidup. Urutan klasifikasi
dari tingkatan yang terbesar hingga terkecil adalah sebagai berikut:
Dalam tatanama binomial, penamaan
suatu jenis cukup hanya menyebutkan nama marga (selalu diawali dengan huruf
besar) dan nama jenis (selalu diawali dengan huruf kecil) yang dicetak miring
(dicetak tegak jika naskah utama dicetak miring) atau ditulis dengan garis
bawah. Aturan ini seharusnya tidak akan membingungkan karena nama marga tidak
boleh sama untuk tingkatan takson lain yang lebih tinggi.
Perkembangan pengetahuan lebih lanjut memaksa dibuatnya takson baru di
antara keenam takson yang sudah ada (memakai awalan ‘super-’ dan ‘sub-’) dan
juga takson di bawah tingkat jenis (infraspesies) (varietas dan forma). Dibuat
pula satu takson di atas Phylum (disebut Regnum (secara harafiah berarti
‘Kerajaan’) untuk membedakan Prokariota (regnum Archaea dan Bacteria) dan
Eukariota (regnum Mycota, Plantae atau Tumbuhan, dan Animalia Hewan).
Sejarah klasifikasi
Klasifikasi organisme dimulai dari kebutuhan manusia akan tempat tinggal, makanan dan obat-obatan. Taksonomi tumbuhan dibedakan atas 6 periode yaitu:
Klasifikasi organisme dimulai dari kebutuhan manusia akan tempat tinggal, makanan dan obat-obatan. Taksonomi tumbuhan dibedakan atas 6 periode yaitu:
1. Periode preliterature
Pada periode ini manusia sangat primitive, mereka memperoleh makanan dari berburu dan bercocok tanam. Mereka mengetahui tanaman dari fungsinya untuk dimakan dan obat-obatan. Mereka secara otomatis telah mengklasifikasikannya, mereka mendiskripsikan dan mengklasifikasikannya dari guna dan berbahaya atau tidaknya suatu tanaman dan menempatkannya pada kategori sehingga mudah digunakan sebagai referensi.
2. Literature kuno
Pada periode ini, mereka telah mencapai kesimpulan berdasarkan alasan daripada analisis dari observasi. Mereka telah menuliskan perbedaan antara bagian luar dan bagian dalam organ. Mereka diklasifikasikan dalam pohon, semak, selain semak. Mereka juga terbagi dalam berbunga tiap tahun, terjadi sekali dua tahun, dan morfologi bunga. Dekripsi berdasarkan tanaman obat dipergunakan lebih dari 1500 tahun.
Pada periode ini, mereka telah mencapai kesimpulan berdasarkan alasan daripada analisis dari observasi. Mereka telah menuliskan perbedaan antara bagian luar dan bagian dalam organ. Mereka diklasifikasikan dalam pohon, semak, selain semak. Mereka juga terbagi dalam berbunga tiap tahun, terjadi sekali dua tahun, dan morfologi bunga. Dekripsi berdasarkan tanaman obat dipergunakan lebih dari 1500 tahun.
3. Pertengahan
Pada abad ini hanya ada sedikit pembagian taksonomi kecuali Albertus Magnus yang memperkenalkan monokotil dan dikotil, berpembuluh dan tidak berpembuluh.
Pada abad ini hanya ada sedikit pembagian taksonomi kecuali Albertus Magnus yang memperkenalkan monokotil dan dikotil, berpembuluh dan tidak berpembuluh.
4. Pembangunan kembali
Pada periode ini telah terdapat perkembangan mengikuti : 1. Telah dilakukan percetakan, 2. Setiap orang telah percaya pada karya asli seseorang, 3. Ilmu navigasi memungkinkan untuk mengoleksi semua tanaman di dunia. Pada periode ini merupkan periode pembelajaran dan melakukan eksplorasi, didapatkan banyak tanaman dan kegunaannya.
Usaha identifikasi berdasarkan masa kuno dengan memperhatikan struktur dan perbedaan pembungaan. Pada akhirnya dikelompokan berdasarkan genus dan family oleh Carls Linnaeus. Dimulailah pembagian taksonomi oleh Adanson. Pemikiran tentang evolusi berhasil diungkapkan oleh Lamark yang menggunakan struktur dalam selain struktur luar dalam klasifikasi olej Candolle.
Pada periode ini telah terdapat perkembangan mengikuti : 1. Telah dilakukan percetakan, 2. Setiap orang telah percaya pada karya asli seseorang, 3. Ilmu navigasi memungkinkan untuk mengoleksi semua tanaman di dunia. Pada periode ini merupkan periode pembelajaran dan melakukan eksplorasi, didapatkan banyak tanaman dan kegunaannya.
Usaha identifikasi berdasarkan masa kuno dengan memperhatikan struktur dan perbedaan pembungaan. Pada akhirnya dikelompokan berdasarkan genus dan family oleh Carls Linnaeus. Dimulailah pembagian taksonomi oleh Adanson. Pemikiran tentang evolusi berhasil diungkapkan oleh Lamark yang menggunakan struktur dalam selain struktur luar dalam klasifikasi olej Candolle.
5. Teori Evolusi
Pencetus teori ini adalah Charles Darwin. Ia memperkirakan bahwa Bumi telah berusia 6000 tahun dan mengalami evolusi yang terakumulasi sehingga terjadi perbedaan. Ia meyakinkan dengan bukti-bukti evolusi yaitu perubahan hidup yang terjadi dan mengutarakan adanya seleksi alam pada mekanisme yang menyebabkan perbedaan. Sama halnya dengan Alfred Wallace perkembangan teori evolusi. Berawal dari itulah dimulai pengumpulan semua data tanaman berdasarkan anatomi, genetika, physiology, paleobotany, chemistry dan palynology.
Pencetus teori ini adalah Charles Darwin. Ia memperkirakan bahwa Bumi telah berusia 6000 tahun dan mengalami evolusi yang terakumulasi sehingga terjadi perbedaan. Ia meyakinkan dengan bukti-bukti evolusi yaitu perubahan hidup yang terjadi dan mengutarakan adanya seleksi alam pada mekanisme yang menyebabkan perbedaan. Sama halnya dengan Alfred Wallace perkembangan teori evolusi. Berawal dari itulah dimulai pengumpulan semua data tanaman berdasarkan anatomi, genetika, physiology, paleobotany, chemistry dan palynology.
6. Kebangkitan taksonomi
Melihat dari pembagian taksonomi yang terdahulu, kita dapat memperhatikan jika peraturan pembagian klasifikasi murni penemuan dan wewenang manusia. Taksonomi dimulai dengan adanya perkembangan mikroskop dan teknik modern. Penemuan mikroskop mempermudah untuk mengetahui struktur dalam secara nyata. Rangkaian DNA dan ilmu yang mempelajari tentang organisasi genome dalam tanaman terdeteksi yang digunakan dalam pembagian taksa. Dari sinilah terjadi pembaharuan taksonomi.
Melihat dari pembagian taksonomi yang terdahulu, kita dapat memperhatikan jika peraturan pembagian klasifikasi murni penemuan dan wewenang manusia. Taksonomi dimulai dengan adanya perkembangan mikroskop dan teknik modern. Penemuan mikroskop mempermudah untuk mengetahui struktur dalam secara nyata. Rangkaian DNA dan ilmu yang mempelajari tentang organisasi genome dalam tanaman terdeteksi yang digunakan dalam pembagian taksa. Dari sinilah terjadi pembaharuan taksonomi.
Sumber:
A. Latar Belakang
Tumbuhan yang ada di bumi ini sangat banyak dan beraneka ragam. Bahkan di
tiap daerah memiliki jenis makhluk hidup yang khas, yang tidak ditemukan di
daerah lain. Adanya keanekaragaman tumbuhan ini menjadi suatu masalah dalam
mengenal dan mempelajarinya. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem yang
mengatur keanekaragaman yang ada. Dengan latar belakang ini, ada seorang tokoh
Yunani yang mencetuskan ilmu taksonomi yaitu Theoprates pada tahun 370-285 SM
yang kemudian dikembangkan oleh tokoh dari Swedia. Ilmu taksonomi ini merupakan
ilmu tentang klasisikasi, identifikasi dan tatanama makhluk hidup.
Ilmu taksonomi ini bertujuan untuk mempermudah pengenalan dan pembelajaran
terhadap makhluk hidup serta mempermudah dalam mengkomunikasikannya kepada
orang lain. Ilmu taksonomi ini senantiasa berkembang dari masa ke masa,
sehingga muncul tokoh – tokoh baru dalam taksonomi dan pendapat – pendapat
serta teori – teori tentang taksonomi. Ilmu taksonomi ini melahirkan berbagai
sistem klasifikasi yang berbeda – beda sesuai dengan dasar yang digunakan dalam
kegiatan itu. Sistem klasifikasi yang dilahirkan dalam sejarah perkembangan
taksonomi yaitu periode tertua yang belum memiliki sistem formal, sistem
habitus, sistem numerik, sistem filogenik dan sistem kontemporer yang kemudian
akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.
B. Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apakah
yang dimaksud dengan sistem klasisfikasi?
2. Apakah
tujuan dari klasifikasi?
3. Mengetahui Sistem Klasifikasi dan Tokoh- tokoh Pencetusnya?
4. C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui
perngertian klasifikasi
2. Mengetahui
tujuan dari kegiatan klasifikasi
3. Mengetahui
Sistem Klasifikasi dan Tokoh- tokoh Pencetusnya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian klasifikasi
Klasifikasi adalah penyusunan tumbuhan secara teratur ke dalam suatu
herarki. Sistem penyusunan ini berasal dari kumpulan informasi tumbuhan secara
individual yang menggambarkan kekerabatan. Menurut Rideng (1989)
klasifikasi adalah pembentukan takson-takson dengan tujuan mencari materi keseragaman
dalam keanekaragaman. Dikatakan pula bahwa klasifikasi adalah penempatan
organisme secara berurutan pada kelompok tertentu (takson) yang didasarkan pada
perbedaan dan persamaan. Sedangkan (Tjitrosoepomo, 1993)mengatakan bahwa dasar
pengadaan klasifikasi adalah keseragaman kesamaan-kesamaan itulah yang
dijadikan dasar klasifikasi. Dalam biologi klasifikasi atau penggolongan
tumbuhan adalah proses pengaturan tumbuhan dalam tingkat-tingkat kesatuan
kelasnya yang sesuai secara ideal. Ini dicapai dengan menyatakan
golongan-golongan yang sama dan memisahkan golongan-golongan yang berbeda.
Hasil proses pengaturan ini ialah suatu sistem klasifikasi, yang sengaja
diciptakan untuk hubungan kekerabatan jenis-jenis tumbuhan atau sama lainnya.
Dalam perkembangannya sistem klasifkasi dibedakan menjadi 4 sistem berdasarkan
cara pemilihan sifat daam menyusun klsifikasi, antara lain :
-
Sistem artifisial (sistem buatan)
-
Sistem natural (sistem alam)
-
Sistem filogenetik
- Sistem
kontemporer
Tingkat takson sangat penting karena tanpa adanya tingkat-tingkat takson
maka faedah dari sistem klasifikasi tidak dapat dihasilkan. Takson dinyatakan
sebagai unit taksonomi tingkat yang namapun, sehingga setiap tumbuhan
dapat dianggap termasuk dalam sejumlah takson yang berurutan dari bawah keatas
menurut tingkatnya. Tingkat-tingkat takson utama yang sering kita kenal
sehari-hari adalah jenis (spesies), marga (genus), suku (familia), bangsa
(ordo), kelas (classis), devisi (devisio) dan dua (regnum).
Klasifikasi dapat ditinjau dari dua aspek yaitu :
1. Aspek
proses
Dari segi proses, klasifikasi terdiri dari dua kegiatan pokok yaitu proses
pengelompokan (grouping) dan proses perangkingan (rangking). Proses
pengelompokan yang dilakukan pada tumbuhan atau objek lain yang
diklasifikasikan dadasarkan pada besar kecilnya persamaan yang ditunjukan oleh
masing-masing tumbuhan atau objek tersebut.proses perangkingan dilakukan pada
masing-masing kelompok tumbuhan atau objek lain pada klasifikasi
tersebut, dapat kita rumuskan definisi klasifikasi tumbuhan sebagai suatu
proses pengelompokan tumbuhan berdasarkan total kesamaan yang ditunjukannya dan
penempatan masing-masing kelopok tersebut pada kesatuan kelasnya secara ideal.
2. Aspek hasil
Dari segi hasil, klasifikasi dapat diartikan sebagai suatu sistem
klasifikasi.
B. Tujuan klasifikasi
Klasifikasi bertujuan untuk mempermudah mengenali, membandingkan, dan
mempelajari makhluk hidup. Membandingkan berarti mencari persamaan dan
perbedaan sifat atau ciri pada makhluk hidup. Kesamaan – kesamaan atau
keseragaman itulah yang nantinya akan menjadi dasar dalam pengklasifikasian
jadi suatu takson atau suatu unit mempunyai sejumlah kesamaan – kesamaan sifat.
Semakin rendah tingkatan suatu takson maka keseragaman individu dalam takson
itu makin semakin dekat kekerabatannya (kesamaannya lebih banyak). Menurut
kesepakatan internasional satu tumbuhan disebut sebagai satu individu dan
seluruh tumbuhan disebut satu dunia atau regnum. Dari istilah individu dan
dunia maka dapat dibentuk urutan takson dari yang paling besar ke yang kecil
yaitu, divisi, kelas, bangsa , suku, rumpun, marga, seksi, seri, jenis,
varietas, dan bentuk.
Bila setiap bagian yang lebih kecil pada takson itu disebut dengan istilah
yang sama dan diberi awalan anak (sub), kita dapat memilah 25 takson termasuk
yang terkecil individu.
Berikut ini urutan 25 takson tersebut dari yang paling besar ke yang kecil:
Dunia = regnum
Anak dunia = sub regnum
Divisi = divisio
Anak divisi = sub divisio
Kelas = classis
Anak kelas = sub classis
Bangsa = ordo
Anak bangsa = sub ordo
Suku = familia
Anak suku = sub familia
Rumpun = tribus
Anak rumpun = sub tribus
Marga = genus
Anak marga = sub genus
Seksi = sectio
Anak seksi = sub sectio
Seri = series
Anak seri = sub series
Jenis = spesies
Anak jenis = sub spesies
Varitas = varietas
Anak varitas = sub varietas
Bentuk = forma
Anak bentuk = sub forma
Individu = individum
C. Sistem Klasifikasi dan
Tokoh- tokoh Pencetusnya
sistem klasifkasi dibedakan menjadi 4 sistem berdasarkan cara pemilihan
sifat daam menyusun klsifikasi, antara lain :
-
Sistem artifisial (sistem buatan)
-
Sistem natural (sistem alam)
-
Sistem filogenetik
-
Sistem kontemporer
Dalam garis besarnya, perkembangan sistem klasifikasi dari masa ke masa
adalah sebagai berikut:
1. Periode
tertua
Dalam periode ini secara formal belum dikenal adanya system klasifikasi
yang diakui (sejak ada kegiatan dalam taksonomi sampai kira-kira abad ke-4
sebelum masehi). Sejak awal kehidupan manusia bergantung pada bahan-bahan yang
berasal dari tumbuhan, manusia sejak dahulu telah melakukan kegiatan-kegiatan
yang termasuk dalam lingkup taksonomi, seperti mengenali dan memilah-milah
tumbuhan mana yang berguna baginya dan yang mana yang tidak, termasuk pemberian
nama, sehingga apa yang ditemukan dapat dikomunikasikan kapada pihak lain.
Dalam zaman prasejarah orang telah mengenal tumbuh-tumbuhan penghasil bahan
pangan yang penting seperti yang kita kenal sampai saat ini. Jenis-jenis
tumbuhan ini diperkirakan telah diperkenal sejak 7 sampai 10 ribu tahun yang telah
lalu, telah dibudidayakan oleh bangsa Mesir, China, Asiria dan Tigris Di Timur
Tengah serta bangsa-bangsa Indian di Amerika Utara dan Selatan, sejak beberapa
ribu tahun yang lalu telah dikenal berbagai jenis tumbuhan yang merupakan
penghasil bahan pangan, sandang, dan bahan obat yang berarti bahwa sebenarnya
merekapun telah menerapkan suatu sistem klasifikasi, dalam hal ini suatu system
klasifikasi yang didasarkan atas manfaat tumbuhan, sehingga tidak dapat
dianggap sebagai system buatan yang tertua. Jelaslah bahwa sejak berpuluh –
puluh abad yang lalu orang telah terjun dalam kegiatan – kegiatan taksonomi
tumbuhan, walaupun pengetahuan yang telah mereka kumpulkan belum begitu
berarti, juga belum ditata, belum menunjukan hubungan sebab dan akibat, sehingga
belum dapat disebut sebagai “ilmu pangetahuan”(science) menurut ukuran
sekarang.
Sekalipun tidak ada bukti-bukti konkrit yan g berewujud
peninggalan-peninggalan yang berupa dokumen-dokumen atau bentuk karya tulis
lainnya, tidak perlu diragukan lagi bahwa sesuai dengan pernyataan
Bloembergen-permulaan taksonomi tumbuhan harus digali dari kedalaman sejarah
peradaban manusia di bumi ini.
2. Periode
system Habitus, kira-kira pada abad ke-4 sebelum masehi
sampai abad ke-17
Taksonomi tumbuhan sebagai ilmu pengetahuan baru di anggap pada abad ke-4
sebelum Masehi oleh orang-orang Yunani yang dipelopori oleh Theophrastes
(370-285 SM) murid seorang filsuf Yunani bernama Aristoteles. Aristoteles
sendiri adalah murid filsuf Yunani yang semashur yaitu plato. Sistem
klasifikasi yang diusulkan bangsa Yunani dengan Theophrastes sebagai pelopornya
juga diikuti oleh kaum herbalis serta ahli-ahli botani dan nama itu terus
dipakai sampai selama lebih 10 abad. Pengklasifikaan tumbuhan terutama
didasarkan atas perawakan (habitus) yang golongan-golongan utamanya disebut
dengan nama pohon, perdu, semak, tumbuhan memanjat, dan terna. System
klasifikasi ini bersifat dominan dari kira-kira abad ke-4 sebelum masehi sampai
melewati abad pertengahan, dan selama periode-periode ini ahli-ahli botani,
herbalis, dan filsuf telah menciptakan sistem-sistem klasifikasi yang pada
umumnya masih bersifat kasar, namun sering dinyatakan telah mencerminkan adanya
hubungan kekerabatan antara golongan yang terbentuk.
Theophrastes sendiri yang dianggap sebagai bapaknya ilmu tumbuhan, dalam
karyanya yang berjudul Historia Plantarum telah memperkenalkandan memberikan
deskripsinya untuk sekitar 480 jenis tumbuhan. Dalam karya ini system
klasifikasi yang diterapkan oleh Theoprastes telah mencerminkan falsafah guru
dan eyang gurunya ( Aristoteles dan Plato), yaitu suatu suatu system
klasifikasi tumbuhan berdasarkan bentuk dan tekstur. Selain golongan-golongan
pohon, perdu, semak seperti yang disebut di atas, ia juga mengadakan
pengelompokan menurut umur dan membedakan tumbuhan berumur pendek (annual),
tumbuhan berumur 2 tahun (biennial), serta tumbuhan berumur panjang
(perennial).
Theophrastes juga telah dapat membedakan bunga majemuk yang berbatas
(centrifugal) dan yang tidak berbatas (centripetal), juga telah dapat
membedakan bunga dengan daun mahkota yang bebas (polipetal atau dialipetal) dan
yang berlekatan (gamopetal atau simpetal) bahkan ia telah dapat mengenali
perbedaan letak bakal daun yang tenggelam dan yang menumpang. Adapun yang telah
dilakukan oleh theoprastes hasil klasifikasi tumbuhan yang telah diciptakan
masih dianggap nyata-nyata merupakan suatu sistem artifisial. Selama periode
system habitus yang cukup panjang ini dapat dikemukakan tokoh-tokoh lain yang
memainkan peran yang cukup penting dan dianggap telah memberikan saham yang
cukup besar dalam perkembangan taksonomi tumbuhan antara lain:
1) DISCORIDES (50-?)
Tokoh ini adalah seorang berkebangsaan Romawi dan hidup dalam zaman
pemerintahan Kaisar Nero dalam abad pertama sebelum masehi. Discorides yang
rupa-rupanya tidak mengenal karya Theoprastes menyatakan pentingnya pemberian
Chandra atau deskripsi orang akan dapat menggambarkan tumbuhan yang dimaksud
dan menggunakannya untuk pengenalan tumbuhan. System klasifikasi ini diciptakan
Dioscorides didasarkan atas manfaat dan sifat-sifat morfologi tumbuhan.
2) PLINIUS (23-79)
Hanya menghasilkan karya-karya yang merupakan kompilasi saja dari
karya-karya yang telah terbit sebelumnya dan ditambahkan dengan bahan-bahan
dari dongeng, takhayul, dan kepercayaan-kepercayaan yang diwariskan dari
generasi ke generasi secara lisan ke kalangan rakyat. Ia berpendapat bahwa
semua tumbuhan di bumi ini diciptakan tuhan untuk kepentingan manusia. System
klasifikasi yang diikuti Plinius adalah sistemnya Dioscorides yang telah
membedakan pohon-pohonan, sayuran, tanaman obat-obatan, dan seterusnya.
Menjelang abad ke-16, bangkit lagi perhatian terhadap ilmu tumbuhan yang
akan membawa perkembangan taksonomi kearah yang lain. Gambar-gambar tumbuhan
yang dibuat semakin bermutu, lebih lengkap namun masih bercampur dengan
data-data mengenai penggunaannya.
Dari sederetan nama-nama tokoh terkemuka dalam bidang taksonomi tumbuhan
dari masa itu dapat kita sebut antara lain :
3) O. BRUNFELS (1464-1534)
Yang tergolong dalam kaum herbalis, telah menghasilkan karya tentang terna
yang dihiasi gambar, yang sebagian besar merupakan bahan-bahan kompilasi dari
karya-karya Theoprastes , Dioscorides, dan Plinius. Sayang , buku itu memuat
banyak konsep-konsep yang keliru serta kekisruhan akibat dimasukkannya berbagai
informasi yang bersumber dari cerita rakyat dan takhayul (Gugon Tuhon). Kaum
herbalis terutama dianggap berjasa karena karya-karyanya yang dapat
dikualifikasikan sebagai Taksonomi Deskriptif. Dalam golongan mereka ini
nama-nama yang patut diketengahkan adalah:
4) J. BOCK (1489-1554) (HIERONYMUS TRAGUS)
Adalah seorang herbalis yang pernah menjadi guru, pendeta dan kemudian
dokter yang mempunyai hobi ilmu tumbuhan. Ia masih menggolongkan tumbuhan
menjadi terna, semak dan pohon, tetapi ia mengaku telah berupaya untuk
menempatkan tumbuhan yang menurut anggotanya sekerabat dalam katagori yang
sama.
5) L. FUCHS (1501-1566)
Kelahiran Bavaria (Jerman Barat), adalah seorang guru besar dalam ilmu
kedokteran di Tubingen Jerman Barat. Dia terkenal dengan karya-karyanya dalam
bidang ilmu tumbuhan yang benar pada masaanya.
6) R. DODONEUS (1516-1518)
Seorang dokter kelahiran Mechelen, Belgia. Dia pernah menjelajahi Prancis,
Jerman dan Italia serta menjadi dokter di kota kelahirannya. Dia adalah penulis
Het Cruyde Boek yang pada masanya sangat mashur.
7) M. de L’OBEL(1545-1612)
Berkebangsaan Inggris dan pernah mengadakan mengadakan perjalanan di
Denmark dan Rusia. Dia memiliki sebuah kebun botani di London dan penulis
sebuah karya besar tentang ilmu tumbuhan. Dan masih banyak tokoh-tokoh lainnya
dengan karya-karyanya yang tidak kalah menariknya tentang Taksonomi Deskriptif.
2. Periode sistem numerik
Periode ini terjadi pada permulaan abad ke 18, yang ditandai dengan sifat
sistem yang murni artifisial, yang sengaja dibuat sebagai sarana pembantu dalam
identifikas tumbuhan. Sistem ini tidak menggunakan bentuk dan tekstur tumbuhan
sebagai dasar utama pengklasifikasian. Tetapi pengambilan kesimpulan mengenai
kekerabatan antara tumbuhan.
Dalam periode ini tokoh yang paling menonjol adalah Karl Linne (Carolus
Linneaus) Dibawah bimbingan Dr. Rudbeck ia menerbitkan karyanya yang pertama
kali mengenai seksualitas tumbuhan. Setelah menjadi dosen ia menerbitkan
karyanya yang berjudulHortus Uplandikus yang memuat nama-nama semua tumbuhan yang terdapat dikebunraya di Upsala,
yang susunannya mengikuti sistem de Tournefort. karena jumlah tumbuhan dikebun
raya tadi makin besr jumlahnya maka linneaus menerbitkaan Hortus Uplandikusedisi baru yang disusun menurut
ciptaannya sendiri yang dikenal sebagai Sistema
Sexsualeatau sistem seksual. Doktor Gronovius seorang dokter dan naturalis, begitu
oleh Linneaus, dan Lawson menawarkan kepada Linneaus untuk membiayai penerbitan
naskahnya yaitu Sistema Naturae yang
memuat dasar-dasar pengklasifikasian tumbuhan hewan dan mineral. Selama tahun
1737 sewaktu dinegeri Belanda karya Linneaus yang diterbitkan berjudul Genera Plantarum dan Flora Lavonica sambil menunggu pencetakan
naskah-naskah itu Linneaus diberi kesempatan oleh Clifford untuk berkunjung ke
Inggris, dan sekembalinya dari Inggris selama sembilan bulan ia menyiapkan
naskah Hortus Cliffortianus yang
berisi jenis-jenis tumbuhan yang dipelihara dalam kebunnya Clifford selama tiga
tahun di Belanda dari tahun 1737 sampai 1739 merupakan masa yang paling
produktif bagi Linneaus. Kurang lebih ada 14 judul tulisannya terbit waktu itu,
yang sebagian besar telah dipersiapkan ketika ia masih di Swedia.
Setelah kembali lagi ke Swedia tidak lagi terbit karyanya yang berarti dari
linneaus selain spesies plantarum yang terbit 1 mei 1753. Pada tahun 1775 ia
mengundurkan diri sebagai guru besar dan tiga tahun kemudian meninggal dunia
setelah menderita sakit selama kurang lebih 2 tahun (10 januari 1778).
Sistem klasifikasi tumbuhan yang diciptakan oleh Linnaeus masih
dikategorikan sebagai sistem artivisial. Nama Sistema Sexsuale untuk sistem yang diciptakan
sebenarnya tidak begitu tepat karena pada dasarnya sistem ini tidak ditekankan
pada masalah jenis kelamin, tetapi pada kesamaan jumlah alat-alat kelamin
seperti jumlah benangsari. Nama-nama golongan tumbuhan yang diciptakan oleh
linnaeus seperti monandria (berbenang sari tunggal), diandria (berbenangsari
dua), triandria berbenangsari tiga dan seterusnya. Itulah sebabnya sistem
klasifikasi tumbuhan ciptaan Linnaeus dikenal pula sebagai sistem numerik.
Ciptaan Linnaeus ini meupakan sistem yang dinilai revolusioner untuk masa
itu, dan memberikan pengaruh yang lebih besar dari pada sumbangan linnaeus yang
lain,dan sistem ini sengaja dirancang sebagai alat bantu dalam mengidentifikasi
tumbuhan dan ia juga dianggap sebagai pencipta sistem tatanama ganda yang ia
terapkan dalam bukunyaSpecies plantarum yang
diterbitkan pada tanggal 1 mei 1753 yang menjadi pangkal tolak berlakunya
tatanama tumbuhan yang diakui.
Sesungguhnya linnaeus dianggap tidak tepat bila ia sebagai pencipta
tatanama ganda. Sebelum linnaeus, sistem tatanama ganda telah dirintis oleh
caspar bauhin, yang dalam tahun 1623 dalam bukunya pinax theatri botanici telah menerapkan sistem tatanama
ganda pada tumbuhan. Karena besar jasa-jasa yang diberikan oleh linnaeus bagi
perkembangan taksonomi umumnya dan taksonomi tumbuhan khususnya bagi dunia ilmu
hayat linnaeus mendapatkan gelar sebagai “bapak taksonomi” baik hewan maupun
tumbuhan dan juga mendapat pengakuan dari negara yang diberikan oleh raja
swedia yang mengangkat linnaeus ke jenjang bangsawan, sehingga nama karl linne
diubah menjadi karl von linne. Linneaus juga berperan penting dalam taksonomi
tumbuhan yang membangkitkan minat dan semangat siswa yang kemudian beberapa
diantaranya menjadi tokoh seperti gurunya.
a. Peter Kalm ( 1716 – 1779)
Yaitu salah seorang murid linnaeus yang berkebangsaan swedia yaitu sebagai
kolektor dan penjelajah dengan ekspedisinya ke finlandia dan rusia.
b. F. Hasselquist ( 1722 – 1752 )
Yaitu salah satu murid favrite linnaeus yang selama 2 tahun mengadakan
koleksi di timur tengah. Ia mengkoleksi tumbuhan asli dari Palestina, Arab,
Mesir, Suriah dan Smyrna.
c. P Forskal ( 1731 – 1760 )
Yaitu salah satu murid Linnaeus dari Finlandia yang pernah terpaksa
berpakaian sebagai petani untuk menghindari penganiayaan orang-orang badui
ketika mengadakan ekspedisi dari Denmark, dari koleksi Forskal inilah Linnaeus
dapat mengetahui flora Mesir, terutama yag ada disekiatar Kairo.
d. C.P. Thunberg ( 1743- 1828)
Yaitu murid Linnaeus yang telah menulis dua buku flora dari sejumlah besar
karya – karya ilmiah lainnya. Ia pernah mengadakan koleksi didaerah tanjung
harapan di Afrika Selatan dan menemukan sekitar 300 jenis tumbuahan yang baru
untuk ilmu pengetahuan.
e. J.A Murray ( 1740- 1791)
Yaitu salah seorang murid Linnaeus yang sangat pandai, yang kemudian
menjadi guru besar di Universitas Goningen, Jerman barat, penerbit karya
Linnaeus system vegetabilum edisi ke
13,14,dan 15. Ia juga menulis berbagai publikasi dalam bidang tumbuhan.
f. J. Roemer ( 1763- 1819)
Yairu seorang guru besar di Zurich,Swis, yang bersama schules menerbitkan
karya linnaeus systema vegetbilum edisi 16.
g. CL.WILDENOW ( 1765- 1812)
Adalah guru besar dalam ilmu hayat di Universitas Berlin dan direktur kebun
raya Berlin, yang bertindak pula sebagai penyunting (editor) species plantarum edisi ke-IV yang ditulis kembali dan
diperluas.
h. J.Schultes (1773- 1831)
Yaitu guru besar di Wina dan di universitas lain, penulis flora austria dan bersama-samaroemer menerbitkan karya Linnaeus systema vegetabilum edisi 16. Setelah meninggalnya
linnaeus pada tahun 1783, koleksi tersebut dibeli oleh J.E.Smith (1758-1828)
yang akhirnya dijual tiga kali lipat kepada himpunan Linnaeus d London (linnean
society of London) yang memiliki seluruh koleksi Linneaus dan menyimpannya
hingga sekarang.
3. Periode sistem klasifikasi yang
didasarkan atas kesamman bentuk atau sistem alam,dari kira-kira akhir abad
ke-18 sampai pertengahan abad ke-19
Menjelang berakhirnya abad ke-18 terjadi perubahan-perubahan yang
revolusioner dalam pengklasifikasiaan tumbuhan. Sistem klasifikasi yang baru
ini disebut “sistem alam” yaitu golongan yang terbentuk merupakan unit-unit
ynag wajar (natural) bila terdiri dari anggota-anggota itu,dan dengan demikian
dapat tercermin pengertian manusia mengenai yang disebut yang dikehendaki oleh
alam. Secara harfiah istilah “sistem alam” untuk aliran baru dalam klasifikasi
ini tidak begitu tepat karena pada hakekatnya semua sistem klasifikasi adalah
sistem buatan. Untuk sitem klasifikasi yang digunakan dalam periode ini,
digunakan nama “sistem alam” (natural system) dengan maksud untuk memenuhi
keinginan manusia akan adanya penataan yang tepat yang lebih baik dari
sistem-sistem sebelumnya.
Dalam periode ini tokoh-tokoh yang dikemukakan dalam periode ini adalah
a. M.Adanson ( 1727- 1806)
Yaitu seorang ahli tumbuhan berkebangsaan Perancis dan seorang anggota
akademi ilmu pengetahuan di Universitasa Sorbonne,Paris. Yaitu ia menolak semua
sistem artifisial, menggantikan dengan sistem alam, ia termasuk orang yang
pertama-tama mengadakan eksplorasi tumbuhandidaerah tropika yang dalam bukunya families des plantes ia telah membedakan dan mendeskripsi
unit –unit pada waktu sekarang setar dengan yang kita kenal sebgai bangsa
(ordo) dan suku ( familia).
b. G.C. Oeders (1728- 1791)
Seorang ahi tumbuhan berkebangsaan denmark yang antara lain telah menulis
flora Sleeswijk Holstein dan Denmark.
c. J.R. de Lamarck (1744-1829)
Seorang ahli ilmu hayat berkebangsaan Perancis,yang bagi para ahli
taksonomi tumbuhan dikenal sebagai penulis flora
francoise yang ditulis berupa kunci untuk pengidentifiasian tumbuh-tumbuhan
diperncis, dan Lamarck juga dikenal sebgai penulis fhilosophie zoologique dan echele animale dan
dianggap sebagai slaha seorang perintis lahirnya teori evolusi. Teorinya
dikenal dengan nama “lamarckisme”, yang menyatakan perubahan lingkungan yang
dapat mengubah struktur organisme, menimbulkan yang herediter sering menjadi
bahan ejekan dikalangan ahli ilmu hayat.
1. De
Jussieu bersaudara Antoine de jussie (1686- 1758) Benard de jussie (1699-1776),
joseph de jussieu (1704-1779). Tiga saudara de jussie yang merupakan
putera-puteri seorang apoteker di Lyon. Perancis. Yang ketiga-tiganya kemudian
menjadi ahli taksonomi tumbuhan yang bernama Antoine dan Benard adalah murid
Pierre Magnol (1638-1715) yang menjadi guru besar dan direktur kebun raya di
mompellier. Perancis. Benard menyusun kembali klasifikasi menurut sistem ciptaannya
sendiri,tetapi banyak kemiripannya dengan sistem linnaeus yang ditetapkan dalam
karyanya yang berjudul fragmenta methodi
naturalis dan sistem ray dalam bukunya methodue plantarum
benard membagi tumbuhan bangsa dalam tumbuhan biji tunggal dan tumbuhan biji
belah, dan diadakan pembagian lebih lanjut mengenai kedudukan bakal buah, ada
atau tidaknya mahkota bunga,dan ada tidaknya pelekatan daun-daun mahkota bunga.
4. Periode Sistem Filogenetik dari
Pertengahan abad ke 19 hingga sekarang
Teori evolusi, teori desendensd atau teori keturunan seperti yang
diciptakan oleh darwin merupakan suatru teori hingga sekarang oleh sebagian
orang terutama tokoh agama masih dianggap kontroversial dan tetap ditentang
kendati ajaran itu tetap diterima dan cepat tersebar luas dikalangan kaum
ilmuan yang begitu fanatik terhadap teori ini sampai ada yang menyatakan, bahwa
“ evolusi bukannya teori lagi, tetapi adalah suatu aksioma yang tidak perlu
diragukan kebenarannya, dan oleh karenanya tidak perlu diperdebatkan lagi “.
Sistem klasifikasi dalam periode ini berupaya untuk mengadakan penggolongan
tumbuhan yang sekaligus mencerminkan urutan – urutan golongan itu dalam sejarah
perkembangan filogenetiknya dan demikian juga menunjukan jauh dekatnya hubungan
kekerabatan yang satu dengan yang lain. Jadi dalam klasifikasi ini dasar yang
digunakan adalah “filogeni” dan dari sini lahirlah nama “sistem filogenetik”
kenyataanya, bahwa kemudian muncul sistem klasifikasi yang berbeda, membuktikan
bahwa persepsi dan interpretasi para ahli biologi mengenai yang disebut
filogeni itu masih berbeda – beda.
6. Sistem Klasifikasi Kontemporer
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dalam abad ke-20 ini
pasti akan berpengaruh pula terhadap perkembangan ilmu taksonomi tumbuhan.
Kecenderungan untuk mengkuantitatifkan data penelitian dan penerapan matematika
dalam pengolahan data yang diperoleh telah menyusup pula ke dalam ilmu-ilmu
sosial yang semula tak pernah atau belum memanfaatkan matematika serta belum
mempertimbangkan pula kemungkinan-kemungkinan yang dapat di capai dengan
penerapan pendekatan kuantitatif matematik.
Perkembangan teknologi, khusus nya di bidang elektronika yang dalam abad
nukluer maju dengan pesat ini, telah pula menjamah bidang taksonomi tumbuhan,
yang sejak beberapa dasawarsa belakangan ini juga sudah di jalari “penyakit”
penerapan metode penelitian kuantitatif yang pengelohan datanya memanfaatkan
jasa-jasa komputer pula. Kumputer telah digunakan secara luas dalam
pengembangan metode kuantitatif dalam klasifikasi tumbuhan, yang melahirkan
bidang baru dalam taksonomi tumbuhan yang dikenal sebagai taksonomi
numerik,taksometri atau taksonometri.
Pengolahan data secara elektronik (EDP—Elektronic Data Processing), juga
sudah diterapkan untuk berbagai prosedur dalam penilitian taksonomi antara lain
dalam penyimpanan dan pengambilan laporan-laporan atau informasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Klasifikasi
adalah penyusunan tumbuhan secara teratur ke dalam suatu herarki.
2. Klasifikasi
bertujuan untuk menyederhanakan objek studi yaitu mencari keanekaeragaman dalam
keseragaman. Kesamaan – kesamaan atau keseragaman itulah yang nantinya akan
menjadi dasar dalam pengklasifikasian jadi suatu takson atau suatu unit mempunyai
sejumlah kesamaan – kesamaan sifat.
3. sistem
klasifkasi dibedakan menjadi 4 sistem berdasarkan cara pemilihan sifat dalam
menyusun klsifikasi, antara lain :
4. Sistem
artifisial (sistem buatan)
5. Sistem
natural (sistem alam)
6. Sistem
filogenetik
7. Sistem
kontemporer
1. B. Saran
makalah ini dapat dimanfaatkan oleh pembaca sebagai bahan untuk menunjang
pengetahuan, jika ada kesalahan diharapkan kritik dan saran pembaca. Gunakan
juga buku penuntun lain dalam memepelajari tentang klasifikasi dan sistem
klasifikasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Lumowa, sonja V.T. 2012 . bahan ajar botani tingkat tinggi. Universitas
mulawarman:samarinda
file://localhost/E:/tugas%20klpk%203/klasifikasi-tanaman.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar