Senin, 15 September 2014

Peranan Serangga Bagi Manusia

Tugas Makalah Entomologi
PERANAN SERANGGA BAGI KEHIDUPAN MANUSIA
Logo Unimed-FMIPA.gif
Disusun oleh :
Delly Mariam Valencia Siregar                           4123220007
Dwi Puji Asriani Harahap                                   4123220008
Jelly Mariska Sirait                                              4123220012
Roma Duma                                                        4121220010
Yuli Hardiyanti                                                   4122220013

Biologi Nondik A 2012

Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Medan
2014
Kata Pengantar

            Puji Syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kami nikmat Iman, kesehatan, serta keselamatan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dari mata kuliah Entomogi yang berjudul “Peranan Serangga bagi Kehidupan Manusia”.
            Makalah ini berisi 3 bab yakni bab 1 berupa pendahuluan yang merupakan uraian gambaran umum dari serangga. Bab 2 berupa pembahasan dari peranan serangga terhadap ekosistem serta pengendaliaannya. Dan bab 3 berupa kesimpulan yang berupa ringkasan dari pembahasan.
            Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan 



Medan, 24 Februari 2014


Penulis






Daftar Isi

Kata Pengantar                                                                                                 i
Daftar Isi                                                                                                            ii
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang                                                                                        1     
1.2 Rumusan Masalah                                                                                   1
1.3 Tujuan                                                                                                     2
Bab 2 Pembahasan
2.1 Serangga yang Mempunyai Nilai Ekonomis                                           3
2.2 Serangga Hama                                                                                       4
2.3 Serangga dalam Penyebaran Bibit Penyakit                                           4
2.4 Pengendalian Hama Pertanian                                                                5
2.4.1 Pendekatan Fisik                                                                            6
2.4.2 Pendekatan Biologi                                                                        6
2.4.3 Pendekatan Kimia                                                                          9
Bab 3 Penutup                                                                                                  
3.1 Kesimpulan                                                                                             11
Daftar Pustaka                                                                                                  12










BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Serangga ada dimana-mana. Ini adalah suatu pernyataan yang benar karena dengan cara perhtitungan apapun, baik dari segi jenis maupun dari segi jumlah. Sampai saat ini, lebih dari satu juta species serangga sudah dikenal tetapi tidak seorang pun tahu ada berapa jumlah sebenarnya yang ada dibumi, masih jutaan jenis serangga yang belum dikenal, terutama serangga dari daerah tropis.
Sebagai organisme yang paling banyak jumlahnya di bumi, tidaklah mengherankan bahwa serangga dapat ditemukan di hamper semua bagian bumi, bahkan di tempat yang semula diperkirakan tidak ada serangga yaitu salju di benua antartika, mata air panas di Amerika ternyata serangga juga masih dapat ditemukan, dan hanya satu tempat dimana serangga tidak dapat ditemukan yaitu air laut.
Menggingat jumlahnya yang amat banyak dan ada di mana-mana, jadi sudah layak serangga amat berperan bagi ekosistem dan bagi keberadaan manusia di bumi. May Berenbaum menyatakn peran serangga sebagai berikut, “like it or not, insects are a part of where we have come from, what we are now and what we will be”. Keberrgantungan manusia terhadap serangga merupakan suatu hal yang tak bisa dipungkiri, karena tanpa kita sadari sebagian besar makanan yang kita makanm sekitar 50% keberadaannya bergantung terhadap serangga dalam proses penyerbukan.
Beberapa contoh kecil dari peran serangga, kedudukan serangga dalam suatu ekosistem, serta hubungan serangga dengan manusia dan komplikasi yang ditimbulkan akan kita bahas dalam bab ini.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Bagaimana peranan serangga dalam suatu ekosistem, bila ditinjau dari aspek ekonomi?
2.      Bagaiamana peranan serangga hama dalam ekosistem?
3.      Bagaiamana serangga yang memiliki hubungan dengan penyebaran bibit penyakit?
4.      Bagaimana upaya-upaya yang dilakukan manusia dalam pengendalian beberapa species serangga hama terkhusus hama pertanian.

1.3 Tujuan
1.      Mengetahui peranan serangga dalam suatu ekosistem, bila ditinjau dari aspek ekonomi
2.      Mengetahui peranan serangga hama dalam ekosistem.
3.      Mengetahui serangga yang memiliki hubungan dengan penyebaran bibit penyakit.
4.      Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan manusia dalam pengendalian beberapa species serangga hama terkhusus hama pertanian.













BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Serangga yang Mempunyai Nilai Ekonomi
            Nilai ekonomi yang disumbangkan oleh serangga bagi kesejahteraan manusia yang sangat tidak mungkin untuk menghitungnya. Salah satu serangga yang mempunyai nilai ekonomi dan telah dikenal dalam kurun waktu yang sangat lama adalah lebah madu (Hymenoptera : Apis spp). Dalam hidupnya, serangga ini dapat menghasilkan madu, tepung sari, susu ratu, zat perekat dan racun tawon yang bermanfaat bagi manusia.
            Kupu-kupu, khususnya ulat sutera (Lepidoptera : Bombyx mori) merupakan serangga yang memberikan nilai ekonomi bag manusia, karena serangga ini mampu menghasilkan benang sutera yang dipergunakan dalam penenunan kain sutera.
Larva-larva dari beberapa jenis serangga dapat juga berperan sebagai salah satu sumber makanan bagi manusia maupun hewan. Indonesia maupun di negara lain, telah menggunakan serangga sebagai bahan konsumsi karena serangga memiliki protein yang tinggi, energi, dan sejumlah vitamin dan mineral. Di Thailand, masyarakat disana biasanya memakan serangga dalam bentuk telur, larva, atau dewasa baik dimakan mentah maupun olahan yang dapat meningkatkan aroma dan cita rasa dari serangga. Di Indonesia, hanya beberapa masyarakat yang mengkonsumsinya. Serangga yang biasanya dikonsumsi seperti laron, capung, belalang,jangkrik, rayap dan ulat sagu.
Dan, yang gak kalah pentingnya lagi yakni serangga yang memiliki nilai ekonomis karena dapat melakukan proses penyerbukan. Salah satu contoh dari famili Meloidae ini memiliki kemampuan migrasi dengan cara Phoresy, yaitu dengan menempel ke organisme lain. Caranya adalah Larva instar pertama Meloidae (Coleoptera) yang disebut triungulin yang aktif bergerak dan menempel pada bunga-bungaan supaya dapat pindah bersama lebah ke tempat lain yang lebih menguntungkan. Kebiasaannya ini membantu penyerbukan bunga karena serbuk sari ikut menempel ke kaki famili Meloidae pada saat dia melakukan migrasi.

2.2 Serangga Hama
            Hama merupakan penanmaan yang diberikan oleh manusia dan tidak mempunyai kebenaran ekologis. Suatu atau sekelompok serangga dapat dinyatakan sebagai hama pada keadaan dan waktu tertentu tetapi pada keadaan dan waktu yang lain dapat dikatakan sebagai serangga berguna, sebagai contoh adalah rayap sebagai serangga berguna bila rayap melakukan fungsi ekologisnya sebagai pengurai selulosa di hutan, dan akan menjadi  serangga yang amat merugikan bila menyerang dan merusak struktur bangunan pemukiman yang terbuat dari kayu.
Beberapa jenis serangga dapat berpotensi sebagai hama pada tanaman. Serangga dalam hal ini merusak tanaman dengan berbagai cara, misalnya memakan bagian tanaman. Adapun beberapa contoh serangga yang menjadi hama tanaman padi meliputi :
o   Wereng Coklat (Nilaparvata lugens)
o   Wereng Hijau (Nephotettix virescens)
o   Wereng Loreng (Recilia dorsalis)
o   Walang Sangit (Leptocorisa spp)

Dan beberapa contoh serangga yang menjadi hama pada tanaman lain yakni :
o   Kepik buah lada  (Dasynus piperis)
o   Ulat tanah (Agrotis ipsilon)
o   Perusak pucuk kelapa (Brontispa longissima)
o   Penggerek buah kopi (Stephanoderes hampel)
o   Lalat bibit kedelai (Agromyza phaseoli)

2.3 Serangga yang Berhubungan dengan Penyebaran Bibit Penyakit (Vektor)
Serangga-serangga yang dapat berperan sebagai vector penyaki, khususnya bagi manusia adalah sebagai berikut :
o   Pinjal anjung (Ctenocephalides canis) dan pinjal tikus (Xenopsylla cheopis) sebagai vector penyakit cacing pita.
o   Lalat rumah (Musca domestica) dan berbagai jenis lalat hijau sebagai vector demam, tifus, disentri dan kolera.
o   Nyamuk dari genus Anoples sebagai vector penyakit malaria.
o   Lalat Tsetse (Glossina spp) sebagai vector penyakit tidur Afrika.

2.4 Pengendalian Hama Pertanian
            Untuk mengurangi jumlah serangga yang merugikan manusia, manusia sudah sejak lama melakukan upaya pengendalian dengan berbagai cara. Cara yang dilakukan untuk mengendalikan hama dilingkungan pertanian dan lingkungan pemukiman yang termasuk untuk mengendalikan serangga sebagai vector penyakit pada awalnya dilakukan dengan penggunaan insektisida. Namun seiring dengan perjalanan waktu, penggunaan insektisida makin tidak terkendali dan ternyata telah memberikan dampak yang tidak diduga sebelumnya yakni terjadinya resistensi terhadap insektisid, peledakan hama serta sampai ke tahap kontaminasi lingkungan.
            Akibat adanya permasalahan ini, timbullah suatu kebijakan dalam sebuaj konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT). PHT adalah suatu manipulasi agroekosistem secara komprehensif dengan menggunakan berbagai strategi secara bijaksana sehingga status hama dapat dikurangi ke tingkat yang tidak merugikan secara ekonomi dan dampak negative dari strategi yang digunakan terhadap lingkungan dapat dipekecil. PHT ini sendiri bertujuan bukan untuk memberantas hama, namun mensyaratkan adanya toleransi terhadap kehadiran serangga untuk jumlah tertentu. Berbagai strategi dalam penggunaan PHT meliputi :
o   Monitoring
o   Pertambahan jumlah hama
o   Penggunaan insektisida secara bijaksana
o   Penggunaan musuh alami
o   Komunikasi yang efektif yang dapat menjelaskan kapan pengambulan tindakan yang akan dilakukan.


2.4.1. Pendekatan Fisik atau Mekanik
            Beberapa pendekatan yang digunakan dalam pengendalian fisik atau mekanik adalah serangga secara langsung ditangkap dan dikumpulkan baru serangga-serangga tersebut dimatikan. Pengendalian serangga secara fisik dapat dilakukan dengan pengauran pola tanam dan eradikasi tanaman terserang.
Beberapa jenis pengaturan pola tanam antara lain :
o   Penanaman Serempak
o   Pergiliran Tanaman
o   Menanam Varietas Tanah secara Bergiliran

2.4.2 Pendekatan Biologi
            Pendekatan lain yang diterapkan dalam pendekatan biologi ini untuk mengendalikan populasi serangga hama adalah lewat penggunaan musuh alami yakni predator, parasitoid, bakteri, jamur, pathogen atau nematogen

Predator
Dalam kehidupan di suatu ekosistem, serangga juga berperan sebagai agen pengendali hayati, kaitannya dalam predasi. Serangga berperan sebagai predator bagi mangsanya baik nematoda, protozoa, bahkan sesama serangga lain. Maherni mengatakan bahwa, wereng batang coklat mempunyai banyak musuh alami di alam terutama predator, mencapai 19–22 famili dan parasitoid 8–10 famili. Predator–predator tersebut cocok untuk pengendalian wereng batang coklat karena kemampuannya memangsa spesies lain (polyfag) sehingga ketersediaannya di alam tetap terjaga walaupun pada saat populasi wereng tersebut rendah atau di luar musim tanam. Dari hasil penelitiannya, dapat diketahui bahwa predator Paradosa pseudoanulata merupakan predator yang paling efektif dalam menekan populasi wereng batang coklat dan intensitas serangan terhadap padi. Santoso melaporkan pula bahwa terdapat sejenis lalat Diatracophaga striatalis (Lalat Jatiroto), dimana larvanya dapat menyerang dan memangsa hama penggerek Chilo yang berada dalam lubang tebu dan menghisap cairan haemolimpnya sampai mati kering.
Laba-laba adalah contoh pemangsa lain yang dikenal secara umum. Beberapa jenis laba-laba membuat jaring. Laba-laba tersebut menunggu di jaringnya sampaiserangga yang terbang terperangkap. Laba-laba mendekati serangga itu dengan cepat, menggigit dan langsung memakannya. Kadang-kadang menyimpannya untuk dimakan kemudian. Beberapa jenis laba-laba lainnya tidak membuat jaring, tetapi berpindah-pindah dalam kebun untuk memburu mangsa. Hal yang sama juga dilakukan oleh banyak jenis serangga pemangsa. Serangga tersebut berburu, membunuh dan memakan serangga lain. Contohnya adalah tawon kertas. Selain itu, ada juga yang disebut serangga pemangsa telur yang mencari dan memakan telur hama seperti telur penggulung pucuk. Contohnya adalah cecopet. Serangga lain yang merupakan pemangsa termasuk belalang sembah, kumbang kubah kumbang harimau, kumbang tanah, lalat buas, capung, dan beberapa macam kepik

Parasitoid
Serangga parasitod merupakan serangga yang berperan sebagai parasit serangga lain. Spalangia endius dan S. nigroaenea serta Pacchyrepoideus vindemiae merupakan parasitoid yang menyerang pupa lalat rumah dan lalat kandang untuk kehidupan larva dan pupanya, sedangkan dewasanya hidup bebas. Pada kehidupan parasitoid secara umum makanannya berupa nektar dan haemolim inang. Haemolim inang digunakan dalam pembentukan dan pematangan telur sedangkan nektar dipelukan sejak awal sebagai sumber energi. Berbeda dengan diptera yang memiliki alat penusuk pada proboscisnya, parasitoid termasuk dalam ordo Hymenopteratidak dapat menembus kulit puparium.cairan hemolom diperoleh dari rembesan yang keluar waktu menusukan ovipositor ke dalam pupa lalat.
Sebagian besar parasitoid adalah anggota dari ordo hymenoptera meskipun parasitoid juga banyak dari ordo diptera, dan sebagian kecil juga ditemukan pada ordo Stresiptera. Ordo hymenoptera memilki keanekaragaman yang sangat tinggi, dengan 20.000 – 25.000 spesies, sekitar 80%  spesies parasitoid termasuk dalam ordo hymenoptera yang umumnya berlimpah pada ekosistem daratan. Ada tiga bentuk partenogenesis yang dijumpai pada parasitoid, yaitu thelyotoky (semua keturunannya betina diploid tanpa induk jantan), deuterotoky (keturunannya sebagian besar betina diploid yang tidak mempunyai induk jantan dan jarang ditemukan jantan haploid), dan arrhenotoky (keturunan jantan haploid tidak mempunyai induk jantan, dan keturunan betinanya berasal dari induk betina dan jantan (diploid). Parasitoid dianggap lebih baik daripada pemangsa sebagai agen pengendali hayati. Analisis terhadap introduksi musuh alami ke Amerika serikat menunjukkan bahwa keberhasilan penggunaan parasitoid dalam pengendalian hayati mencapai dua kali lebih besar daripada pemangsa.

Bakteri
            Ada dua contoh jenis bakteri yang telah diguanakan untuk pengendalian hayati adalah Basillus popiliae dan Basillus thruringiensis
Basillus thruringiensis sangat efektif dalam mengendalikan larva dari ordo Lepidoptera, larva nyamuk, ulat Plutella maculipennis, ulat gerayak dan ulat penggerek padi.
Basillus popiliae digunakan untuk mengendalikan kumbang jepang (Popiliae japonica) dan larva Scarabaeidae.

Jamur
            Jamur yang menyerang serangga dikenal dengan sebutan jamur entomopatogenik. Beberapa jenis jamur yang dipergunakan untuk mengendalikan populasi serangga antara lain :
o   Untuk mengendalikan wereng coklat sebagai jamur patogennnya adalah Hirsutela citriformis, Metarhizium anisoplia, dan Bearveria bassiana.
o   Untuk mengendalikan populasi kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) yang menyerang pohon dan daun muda kelapa digunakan jamur Metarhizium anisopliae
o   Untuk mengendalikan ulat api (Setora nitens) digunakan jamur Paecilomyces fumosa roseus.
Virus
            Virus dapat digunakan sebagai agen pengendali hama, dan virus yang digunakan untuk mengendalikan serangga hama hayati adalah virus dari golongan Poyhedrosis Virus (PV) dan Granulosis Virus (GV), virus ini dapat digunakan untuk menyerang ordo Lepidoptera, Hymeptera dan ordo Diptera.

Nematoda
            Beberapa contoh nematode yang digunakan dalam pengendalian hayati antara lain :
o   Neoaplectana glaseri yang menyerang kumbang jepang (Popillia japonica)
o   Agamermis decaudata dapat digunakan untuk menyerang belalang dan aphids.

2.4.3 Pendekatan Kimia
            Dalam pendekatan ini digunakan zat kimia yang lebih dikenal dengan insektisida (Insekta, serangga dan sida, pembunuh) untuk mengendalikan populasi serangga hama.
Berdasarkan formulasinya, insektisida dapat dibedakan atas :
a.          Cairan emulsi
b.         Tepung hembus
c.          Tepung yang harus dibasahi
d.         Tepung yang dilarutkan dalam air
e.          Butiran
f.          Oil

Berdasarkan cara masuknya, insektisida dapat dibedakan menjadi insektisida lambung, insektisida kontak, insektisida sistemik dan insektisida fumigant (gas). Dan berdasarkan susunan kimianya, insektisida dibedakan atas :


o   Insektisida Organik Sintetik
Merupakan insektisida hasil buatan pabrik dengan melalui proses sintesis kimiawi, dan insektisida organik sintetik ini dapat dikelompokkan lagi menjadi insektisida yang mengandung senyawa Organoklorin (OK), Organofosfat (OP), Karbamat dan Piretroid Sintetik (SP).

o   Insektisida Anorganik
Merupakan insektisida yang berasal dari unsur-unsur alamiah dan tidak mengandung unsure karbon,





















BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Berdasarkan uraian pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :


























Daftar Pustaka

Ahmad, Intan. 2011. Pidato Ilmiah : Adaptasi Serangga dan Dampaknya terhadap
Kehidupan Manusia. Bandung : ITB
Anonim. 2011.Peranan Serangga dalam Ekosistem. Diakses melalui
Manurung, Binari. 2014. Entomologi. Medan : Fmipa Unimed
Santoso, M. B. 2007. Predator Musuh Alami yang Berguna. Jurnal Natur Indonesia
6(2): 84-86 ISSN 1410-9379




Tidak ada komentar:

Posting Komentar