Minggu, 28 April 2013


Kisah Inspiratif
            Sebuah kisah SMA biasanya dijadikan masa yang indah untuk para remaja, yang biasa digeluti dengan kisah pacaran. Namun tidak untuk “Febrina Putri”, saat ini dia menginjak kelas XII SMA tepatnya di kelas XII-IPA-1 SMA Negeri 2 Pematangsiantar.
            Febrina menjadi anak pertama dalam keluarga kecil mereka dengan 1 adek yang saat ini menginjak SD. Febrina selalu mengawali paginya di pukul 04.00 untuk membantu sang ibunda mencabut ubi kayu di belakan rumah yang akan dipergunakan sang ibunda berjualan gorengan keliling. Dia selalu sigap tanpa keluh kesah untuk selalu bangun dini hari untuk membantu sang ibunda.
            Setiap harinya dia pun harus berjalan sekitar 1 KM untuk menuju sekolah, karena sekolah memiliki lokasi yang berada jauh dari simpangnya. Teman-teman lainnya yang biasanya selalu menggunakan angkot untuk menuju sekolah, namun tidak untuk febrina. Dia lebih mementingkan uang Rp 1.000,- ditabung untuk pengobatan sang ayah daripada ia harus mempergunakan uang tersebut untuk ongkosnya.
            Meja dan bangku, tempatnya duduk menjadi saksi bisu dalam perjuangan febrina untuk mendapatkan ilmu desainer yang saat ini sedang digeluti namun tak hanya itu setiap jam mata pelajaran yang kosong juga selalu digunakannnya untuk memperdalam ilmu fisika sebagai mata pelajaran kesukaanya.
            Sampai pada akhirnya, pagi itu seolah febrina mendapatkan petir yang menyambarkan dengan sangat kuat dikarenakan ayahanda yang sakit jantung pada saat itu dipanggil oleh ALLAH SWT. Namun, hal tersebut tidak melemahkan keinginan kerasnya untuk memperoleh ilmu di sekolah, sampai pada pagi itu juga ia harus mengantarkan tugas matematika nya dengan pak RR. Teman-teman nya pun terharu melihat perjuangan seorang sahabatnya yang bisa setegar itu dan rela mengantarkan tugas walaupun dalam keadaan duka.
            Kehidupan ekonomi semakin merosot sejak mereka ditinggalkan oleh ayahanda, sampai pada akhirnya ibunda berniat untuk membuka warung kecil untuk menambah rezeki guna menyekolahkan anak-anaknya. Dan pekerjaan Febrina pun semakin bertambah karena ia harus menjaga warungnya sepulang sekolah, sambil menanti pembeli datang ia pun selalu mempergunakan waktunya untuk belajar fisika atau pun lainnya.
            Malam menjadi tantangan terbesarnya dalam hidup, karena meski dalam keadaan kantuk ia harus belajar sampai pukul 00.00 WIB untuk mempelajari seluruh pelajaran yang akan dipelajari esok harinya dan harus bangun pukul 04.00 WIB untuk membantu ibunda. Begitulah seterusnya…
            Sampai pada akhirnya SNMPTN pun semakin dekat, ia hanya bisa belajar dirumah sampai terkdang ia harus meminum obat untuk tidak tidu dikarenakan ia tak mampu mengikuti program Intensif yang biasa dilakukan oleh kerabatnya yang lain. Ia selalu ragu untuk kuliah dikarenakan ia juga harus ikut membantu sang ibunda dirumah. Namun kali ini ia sangat egois dan mengambil sikap untuk menjadikan ITB sebagai Universitas idamannya.
            Dan semua mimpi menjadi kenyataan, Febrina Putri menjadi mahasiswi ITB lebih tepatnya berada di FTMD (Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara)….
            Namun semua tidak berkahir sampai disitu, saat ini ia harus lebih giat dalam belajar untuk menggapai semua mimpinya. Jadwal tidurnya di SMA dulu hanya 4 jam sekarang tinggal 2 jam karena setiap malam ia harus berada di Perpustakaan ITB 24 jam untuk jam 18.00 – 23.00 untuk menyelesaikan seluruh tugasnya.
            Jadwal belajarnya juga harus diseimbangkan dengan jadwalnya mengajar privat untuk anak SMP didaerah dekat kos nya. Hal itu dilakukan agar ia bisa makan untuk setiap harinya karena ia hanya mendapat uang kiriman dari kampong untuk keperluan bayar uang semester, selebihnya ia harus mencari sendiri di kota Bandung ini.
           






Diambil dari kisah nyata seorang sahahat terdekat yang sekarang berada di Bandung.
Terimakasih telah menjadi bagian dalam kehidupanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar